Curhatan Sedikit..
melihat IP perdanaku sangat memalukan, mana ditambah lagi saya sebagai ketua kelas di kelas saya seharusnya saya bisa kasih contah ke teman teman. tapi apa daya..
ya kesibukan buat ngurus teman teman jauh lebih penting daripada nilaiku,.
moga saja semester depan bisa sukses..
dan kalau bisa meraih IPK yang Sempurna
Sabtu, 26 Januari 2013
Sabtu, 05 Januari 2013
Inilah Jihat Kami
Hari-hari
Ramadhan terus berlalu. Ada
harapan besar untuk dapat melewatinya dengan tenang dan konsentrasi penuh
meraih segala keberkahannya. Jiwa-jiwa yang bergembira menyambut hadirnya
tersebar di mana-mana. Mereka yang berharap mendapat keberkahan ampunan serta
ganjaran yang berlipat banyaknya. Mereka yang saling berlomba menjadikan momen
langka ini sebagai waktu-waktu terbaik yang akan mereka lewati. Mereka yang
mengharapkan sedikitnya pencerahan dan perbaikan kehidupan, sebab saat Ramadhan
tiba, setiap orang tak mau melewatinya sia-sia.
Ramadhan
memang selalu dinanti. Kekuatan magnetnya mendorong setiap jiwa untuk melacak
ke setiap sudut dan celah perhatian-Nya. Menarik-narik setiap raga untuk
bersimpuh dan meluruhkan hati demi ampunan dan taubat kepada-Nya. Setiap
Ramadhan, mesti jadi ajang perlombaan tiap diri untuk menjadi hamba-Nya
terkasih.
Ramadhan
kali ini, tetap saja hangat. Walau kian banyak darah kaum muslimin tertumpah di
luar sana. Walau bau mesiu, amis darah, dan bangkai manusia, kian semerbak
menambah wewangian jiwa-jiwa yang melayang menuju-Nya dengan kesyahidan.
Bukankah tiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati? Dan kematian yang
disambut sebab memperjuangkan keimanan, pula pada Ramadhan, adalah momen
terbaik. Ramadhan, semakin hangat.
Tahun
ini, Ramadhan saya lewati dengan tetap beraktivitas seperti biasa. Tak ada
libur awal puasa, seperti kegembiraan anak-anak sekolah yang menyambut libur
awal Ramadhan. Tak ada keringanan waktu, seperti para pelajar yang bubar
sekolah lebih cepat supaya segera sampai di rumah. Berbuka bersama keluarga,
sholat maghrib berjamaah, pergi ke masjid, tarawih, dan melewati malam panjang
sampai sahur dengan ber-munajat sepuas hati. Tidak ada.
Bagaimanapun,
masih ada mereka yang melewati Ramadhan dengan cobaan-cobaan yang lebih berat
dari yang saya rasakan. Tetap beraktivitas? Tentu. Bahkan kian sibuk sampai
lembur dan baru bisa pulang ke rumah setelah isya' bahkan menjelang pukul
sepuluh malam baru sampai di rumah. Pagi, siang, dan sore hari di kantor tak
lepas dari rapat, diskusi, pekerjaan rutin, bahkan sejumlah urusan tender tetap
lancar menghiasi jam kantor tanpa kompromi. Letih. Penat. Cemburu.
Cemburu
kepada mereka yang tetap dapat melewati Ramadhan dengan malam-malam panjang
berkhalwat dengan-Nya, tanpa tertidur kelelahan. Cemburu kepada mereka yang
sebelum fajar tiba sudah bersimpuh dengan khusyu berdoa sampai waktu menahan
segala dimulai, tanpa terlambat pergi ke masjid untuk berjamaah sholat subuh.
Cemburu. Sebab ternyata waktu yang tersisa dari seluruh rutinitas keseharian,
hanya sedikit sekali dibandingkan sekian detik berharga yang seringkali
terlewati tanpa disadari.
"Inilah
jihad kami !" Begitu kata mereka.
Ya.
Jihad. Inilah dia ujian dari-Nya yang kembali menimpa orang-orang yang
senantiasa berikhtiar untuk meraih kebahagiaannya di dunia dan untuk akhirat
nanti. Inilah dia ujian dari-Nya, bagi kita semua, supaya lebih cermat menjaga
kelancaran aktivitas tanpa lengah menguatkan ibadah. Inilah dia jihad, dan
Ramadhan tak akan pernah menunggu. Maka, bersemangatlah!
Bukankah
Rasulullah dan para sahabat pun melewatkan Ramadhan dengan berperang? Bukankah
kemenangan adanya bagi mereka yang berteguh dalam keimanan serta memantapkan
diri ketika ujian-ujian itu datang? Bukankah ganjaran nantinya tak lagi sanggup
kita bayangkan pula kita hitung, sebab begitu besar kenikmatan bagi mereka yang
menegakkan keikhlasan dalam berjuang?
Maka,
berjuanglah dalam Ramadhanmu. Walau tak berhadapan dengan musuh, peluru, atau
mesiu. Walau tak berada di jalan, memanggul senjata, dan berperang. Walau
kewajiban dalam mencari nafkah memaksamu untuk duduk dan bekerja sepanjang hari
dan tak terluang waktu untuk menikmati sepenuhnya bersama orang-orang terkasih.
Walau letih dan lelah merayapimu hingga keesokan hari.
Sebab,
inilah jihadmu.
Jumat, 04 Januari 2013
Kamis, 03 Januari 2013
Bukan Aku tidak Mencintaimu
Maafkan,
ini yang terakhir semoga semua akan lebih baik suatu saat nanti," Kututup
telepon dengan perasaan bersalah yang dalam. Karena pada hari ini aku telah
membuat suatu dosa dengan menutup jalur komunikasi dengan seorang sahabat.
Bukan karena aku tidak menyayanginya tapi karena menjalani kehidupan sesuai
dengan jalan yang dipilih masing-masing adalah yang terbaik.
Dia
sahabatku, sampai kapanpun aku tidak lupa akan itu, seorang sahabat yang
mengingatkanku akan harta paling berharga yang kubawa yaitu Islamku. Seorang
sahabat yang kerap menamparku dengan kata-kata sinis bahkan pedas ketika aku
melakukan kesalahan. Teman yang mengatakan "Munafik!" saat aku tidak
konsisten terhadap kata-kataku bahkan "materialistis!" pun pernah
terlontar dari dirinya.
Diskusi
yang keras sering kali terjadi, tapi pada akhirnya akan berakhir dengan sebuah
kata-kata bahwa sahabat adalah orang yang menampar kita ketika kita bersalah
bukan karena benci tapi karena rasa saling menyayangi sebagai saudara.
Dalam
perjalanan persahabatan sebuah kesadaran akan identitas diri akan menyeruak,
bertarung dengan ego, dan identitas diri. Dan sebuah kegagalan telah tercatat,
hamba yang lemah ini tidak sanggup menjaga niat. Persahabatan itu berubah dan
perubahan itu tidak sanggup untuk dimaklumi. Proses yang berlangsung sebagai
sarana belajar telah menjadi sebuah kekaguman yang menyebabkan diri memaksa
menjadi serupa dengan orang yang dikagumi. Keyakinan akan diri sendiri goyah
karena perasaan manusiawi. Dan sebuah perjalanan sampai pada keputusan, pergi
atau menyesali diri.
Kesadaran
bahwa dalam sebuah proses pencarian jati diri seharusnya dilakukan karena Allah
membuat diri yang lemah ini malu, betapa perasaan insani telah menyeruak
mengalahkan hati nurani.
Kesadaran
yang muncul saat perasaan tertekan itu hadir adalah suatu kemustahilan berusaha
menjadi seseorang yang lain. Rasa malu yang dalam menyadari ketidak ikhlasan
diri menyeruak dalam hati. Perasaan malu sebagai seorang hamba membuat sebuah
keputusan harus diambil, semuanya harus berakhir. Maka sebuah permintaan maaf
pun mungkin takkan pernah bisa menghapus dosa.
Sungguh
sahabat, tidak menyayangimu bukanlah alasan keputusan ini. Tapi kesadaran penuh
bahwa seorang manusia harus menjadi dirinya dalam sebuah perjalanan membangun
pondasi kehidupan membuat diri ini malu karena tidak sanggup untuk menetapkan
tekad. Tapi kesadaran bahwa kebersamaan adalah suatu jalan untuk mengaburkan
makna perjalanan mencari-Nya.
Percayalah
sahabat, di manapun dirimu berada kau adalah sahabatku, karena sahabat ada
dalam perjalanan waktu dan mendoakanmu meski dari jauh.
pemerintahan Semi Presidensial
Sistem
semi-presidensial adalah bentuk pemerintahan negara yang mencoba
mengatasi kelemahan-kelemahan sistem parlementer mau pun sistem
presidensial. kelemahan pokok sistem parlementer ialah sifatnya yang
sangat tidak stabil karena setiap saat pemerintah, baik seluruh kabinet
mau pun setiap menteri, dapat menerima emosi tidak percaya dari parlemen.
Akibatnya pemerintah jatuh dan terjadi pergantian pemerintah. Selama 4
tahun menggunakan sistem parlementer, Indonesia mengalami pergantian
pemerintah sebanyak 33 kali (Feith, 1962).
Sistem presidensial
mengandung kecenderungan konflik permanen antara cabang legislatif dan
cabang eksekutif, terutama bila presiden terpilih tidak didukung oleh partai
mayoritas yang berkuasa di parlemen. Padahal negara-negara baru yang tradisi
demokrasinya belum terkonsolidasi dengan mantap selalu menghadapi kondisi
seperti ini. Selain itu, kekuasaan yang besar ditangan presiden sebagai
pemegang kekuasaan eksekutif tunggal, selalu menggoda presiden untuk
memperpajang masa jabatannya, yang kemudian berkembang menjadi kekuasaan
otoriter. Ekses seperti itu dialami oleh banyak negara di Amerika Latin, Afrika
dan Asia termasuk Indonesia yang menggunakan sistem presidensial. Untuk
mengatasi kelemahan-kelemahan edua sistem tersebut, pada awal Abad 20
berkembang model ketiga sistem pemerintahan yang oleh Duverger disebut sistem
semi-presidensial.
Sistem politik ketiga
ini memiliki beberapa karakteristik sistem parlementer dan sistem
presidensial.
Ciri umum Sistem
Pemerintahan Semipresidensil
a.pusat kekuasaan
berada pada suatu majelis perwakilan sebagai pemegang kekuasaan
tertinggi.
b.penyelenggara
kekuasaan legislatif adalah suatu badan perwakilan yang merupakan bagian dari
majjelis perwakilan.
c. presiden dipilih
secara langsung atau tidak langsung untuk masa jabatan tertentu dan
bertanggungjawab kepada majlelis perwakilan.
d.para menteri adalah
pembantu presiden yang diangkat dan diberhentikan oleh
presiden.
Menurut Dr. Sukiman
pada rapat BPUPK pada tanggal 15 Juli 1945 dan keteranga Prof. Soepomo pada
rapat PPKI tanggal 18 Agustus 1945 beberapa saat menjelang pengesahan UUD 1945,
jelas sekali sistem pemerintahan negara Indonesia yang diikuti oleh UUD pertama
Indonesia tersebut adalah sistem semipresidensial. Menurut Blondel, pada pertengahan
1940-an, hanya ada 6 negara baru merdeka yang menggunakan sistem
semipresidensial ganda – yang memiliki presiden sebagai kepala negara dan
perdana menteri atau menteri pertama sebagai kepala pemerintahan - yakni
Finlandia, Lebanon, Siria, Peru, Indonesia, dan Korea Selatan. Sekarang model
tersebut semakin populer dan digunakan di banyak negara, karena
dipandang sebagai bentuk pemerintahan demokratis yang lebih stabil dan lebih
efektif di negara yang memiliki multi partai politik.
Menurut Blondel, pada
pertengahan 1940-an, hanya ada 6 negara baru merdeka yang menggunakan sistem
semipresidensial ganda – yang memiliki presiden sebagai kepala negara dan
perdana menteri atau menteri pertama sebagai kepala pemerintahan - yakni
Finlandia, Lebanon, Siria, Peru, Indonesia, dan Korea Selatan.
Sestem Parlementer
Sistem parlementer adalah
sebuah sistem pemerintahan di mana parlemen memiliki peranan penting dalam
pemerintahan. Dalam hal ini parlemen memiliki wewenang dalam mengangkat perdana menteri dan
parlemen pun dapat menjatuhkan pemerintahan, yaitu dengan cara mengeluarkan
semacam mosi tidak percaya.
Berbeda dengan sistem presidensiil, di
mana sistem parlemen dapat memiliki seorang presiden dan seorang perdana menteri, yang
berwenang terhadap jalannya pemerintahan. Dalam presidensiil, presiden
berwenang terhadap jalannya pemerintahan, namun dalam sistem parlementer
presiden hanya menjadi simbol kepala negara saja.
Sistem parlementer dibedakan oleh cabang
eksekutif pemerintah tergantung
dari dukungan secara langsung atau tidak langsung cabang legislatif, atauparlemen,
sering dikemukakan melalui sebuah veto
keyakinan. Oleh karena itu, tidak ada pemisahan kekuasaan yang jelas antara cabang eksekutif dan
cabang legislatif, menuju kritikan dari beberapa yang merasa kurangnya
pemeriksaan dan keseimbangan yang ditemukan dalam sebuah republikkepresidenan.
Sistem parlemen dipuji, dibanding dengan sistem presidensiil,
karena kefleksibilitasannya dan tanggapannya kepada publik. Kekurangannya
adalah dia sering mengarah ke pemerintahan yang kurang stabil, seperti dalam Republik Weimar Jerman
dan Republik
Keempat Perancis.
Sistem parlemen biasanya memiliki pembedaan yang jelas antara kepala pemerintahan dan kepala negara, dengan kepala pemerintahan adalah perdana menteri, dan kepala negara ditunjuk sebagai dengan
kekuasaan sedikit atau seremonial. Namun beberapa sistem parlemen juga memiliki
seorang presiden terpilih dengan banyak kuasa sebagai
kepala negara, memberikan keseimbangan dalam sistem ini.
Negara yang menganut sistem pemerintahan parlementer adalah Inggris, Jepang, Belanda, Malaysia, Singapura dan sebagainya.
Ciri-ciri
pemerintahan parlemen yaitu:
·
Dikepalai oleh seorang perdana
menteri sebagai kepala pemerintahan sedangkan kepala negara dikepalai
oleh presiden/raja.
·
Kekuasaan eksekutif presiden
ditunjuk oleh legislatif sedangkan raja diseleksi berdasarkan undang-undang.
·
Perdana menteri memiliki hak prerogratif (hak
istimewa) untuk mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri
yang memimpin departemen dan non-departemen.
·
Menteri-menteri hanya bertanggung
jawab kepada kekuasaan legislatif.
·
Kekuasaan eksekutif bertanggung jawab
kepada kekuasaan legislatif.
·
Kekuasaan eksekutif dapat dijatuhkan
oleh legislatif.
[sunting]Kelebihan
dan kelemahan sistem parlementer
Kelebihan
Sistem Pemerintahan Parlementer:
·
Pembuat kebijakan dapat ditangani
secara cepat karena mudah terjadi penyesuaian pendapat antara eksekutif dan
legislatif. Hal ini karena kekuasaan eksekutif dan legislatif berada pada satu
partai atau koalisi partai.
·
Garis tanggung jawab dalam pembuatan
dan pelaksanaan kebijakan publik jelas.
·
Adanya pengawasan yang kuat dari
parlemen terhadap kabinet sehingga kabinet menjadi barhati-hati dalam
menjalankan pemerintahan.
Kekurangan
Sistem Pemerintahan Parlementer:
·
Kedudukan badan eksekutif/kabinet
sangat tergantung pada mayoritas dukungan parlemen sehingga sewaktu-waktu
kabinet dapat dijatuhkan oleh parlemen.
·
Kelangsungan kedudukan badan
eksekutif atau kabinet tidak bisa ditentukan berakhir sesuai dengan masa
jabatannya karena sewaktu-waktu kabinet dapat bubar.
·
Kabinet dapat mengendalikan
parlemen. Hal itu terjadi apabila para anggota kabinet adalah anggota parlemen
dan berasal dari partai meyoritas. Karena pengaruh mereka yang besar diparlemen
dan partai, anggota kabinet dapat mengusai parlemen.
·
Parlemen menjadi tempat kaderisasi
bagi jabatan-jabatan eksekutif. Pengalaman mereka menjadi anggota parlemen
dimanfaatkan dan manjadi bekal penting untuk menjadi menteri atau jabatan
eksekutif lainnya..
Mosi Tidak Percaya
Mosi tidak percaya adalah
sebuah prosedur parlemen yang
digunakan kepada parlemen oleh parlemen oposisi dengan
harapan mengalahkan atau mempermalukan sebuah pemerintahan.
Pemerintah seringkali menanggapi mosi tidak percaya dengan
mengusulkan mosi kepercayaan.
Tradisi ini dimulai pada Maret 1782 setelah
kekalahan pasukan Britania dalam Pertempuran Yorktown (1781) dalam Perang Revolusi Amerika, Parlemen Kerajaan Britania Raya memutuskan
bahwa mereka "tidak lagi percaya kepada menteri saat itu". Perdana
Menteri waktu itu, Lord North,
menanggapinya dengan meminta Raja George III untuk menerima surat
pengunduran dirinya. Hal ini meskipun tidak secara langsung menciptakan konvensi
konstitusional; namun, pada awal abad ke-19,
percobaan oleh Perdana Menteri untuk memerintah dalam
keadaan tanpa mayoritas parlemen terbukti tidak berhasil, dan pada pertengahan
abad ke-19, kemampuan mosi tidak percaya untuk memecahkan pemerintahan dibentuk
di Britania Raya.
Biasanya, ketika parlemen memutuskan tidak percaya, atau
gagal memutuskan percaya, sebuah pemerintahan harus
1.
mengundurkan diri, atau
2.
mencari disolusi parlemen dan
meminta pemilihan umum.
Asal Api Neraka
Bahlul, sufi pandir yang bijaksana, suatu hari
bertemu dengan khalifah Harun Al-Rasyid. “Habis dari mana kau, Bahlul?” tanya
sang penguasa. “Dari neraka,” jawab sufi itu dengan enteng. “Apa yang kau
lakukan di sana ?”
Bahlul menjelaskan, “Saya memerlukan api, Tuan. Jadi saya fikir lebih baik saya
pergi ke neraka untuk meminta sedikit percikan api. Tapi Penjaga Neraka
berkata: Kami tak punya api di sini. Tentu saja saya tanya: Lho, kok begitu?
Bukankah neraka tempat yang penuh dengan api? Penjaga Neraka menjawab: Begini,
sebenarnya di sini tak ada api sedikit pun. Setiap orang yang datang ke sini
membawa apinya masing
Sebab Cinta Tak Kenal Waktu
Apa
kabar, Yang?
Semoga makin berpeluh cinta-Nya.
Apa kabar hati?
Semoga selalu bersih dari noda.
Apa kabar iman?
Semoga kian menapak menapak maju.
Keep Allah in your heart,
And may He always loves you.
Kangen ...
eramuslim - Bait di atas
adalah isi sebuah SMS yang saya terima dari seorang sahabat. Malam-malam,
menjelang tidur. Saya kontan tersenyum. Mengingat perjumpaan hari itu
dengannya. Tidak ada yang istimewa, sebab esok hari pun kami pasti akan
berjumpa lagi. Ia, sahabat itu, adalah teman sekantor saya.
Senyum
saya malam itu, juga sebab mengingat sebuah hal kecil yang seringkali saya
alami. Dengan teman-teman dan sahabat saya. Hal sepele, namun berarti besar.
Sering dilupakan dan bahkan tak lagi menjadi sesuatu hal yang penting, namun
setiap kali merasakannya, pengaruhnya begitu besar. Sebuah perhatian.
Dulu,
saya sering menganggap penting sebuah momen hari ulang tahun. Mengapa? Sebab
pada hari itu, sekian banyak teman dan sahabat yang menghampiri, menyalami,
memeluk, dan untaian doa mereka sampaikan lewat lisan, telepon, atau hanya
mengirimkan SMS. Kalau ada satu dua orang yang lupa atau tidak 'berpartisipasi',
apalagi bila ia adalah teman dekat, rasanya ada yang kurang. Mungkin juga
terbersit perasaan kecewa. Walaupun hanya satu hari, tapi begitu membahagiakan
rasanya. Sepertinya, hari itu bertabur cinta.
Bila
memar yang bertalu/
Bila gebyar sendu yang menderu/
Dan jika pilu yang menyergapmu/
Maka temukan penawar dalam khusyu-mu/
Maka lerai gundahmu dalam pintamu/
Di penghujung malam.
Bila gebyar sendu yang menderu/
Dan jika pilu yang menyergapmu/
Maka temukan penawar dalam khusyu-mu/
Maka lerai gundahmu dalam pintamu/
Di penghujung malam.
Seorang
sahabat, ia selalu hadir kapan saja dibutuhkan. Walau tak ada sosoknya, walau
hanya untaian doa yang ia kirimkan. Seorang sahabat, memberikan banyak dan lagi
tak meminta apa-apa. Bait di atas, adalah satu lagi SMS yang saya terima
darinya.
Dulu,
saya pikir, seorang sahabat yang baik adalah yang selalu mengikuti apa yang
saya mau. Yang selalu mendukung segala yang saya perbuat dan lakukan. Yang
memberikan dan mengajak saya untuk mendapatkan kesenangan dan lagi kesenangan.
Suatu
hari, seorang sahabat saya di kampus berkata,
"Seneng
banget deh kalau datang ke kampus. Aku bisa melihat kalian, walau kita nggak
ngobrol, tapi lihat kalian ada di sana ,
itu udah bikin aku bersemangat!"
Ya,
bukankah seorang muslim yang baik adalah apabila saudaranya melihat wajahnya,
maka akan mengingatkan saudaranya itu kepada Allah? Yang tak sekadar memberikan
kita kesenangan dalam keseharian? Tapi juga dengan tegas mengingatkan kala kita
melakukan kesalahan. Yang tak sekadar menjadikan kita teman main dan
menghabiskan waktu? Tapi juga menjadi penyejuk hati dan penegur diri saat hati
ini beku.
...
dan rinduku untukmu
selalu berderu
dalam gairahku
menuju cinta Rabb-ku,
lewat lisanku,
sampaikan doaku-
dalam malamku-
untukmu
selalu berderu
dalam gairahku
menuju cinta Rabb-ku,
lewat lisanku,
sampaikan doaku-
dalam malamku-
untukmu
Bait
di atas, adalah isi SMS yang saya kirim kepadanya, malam itu.
Perhatian-perhatian itu, cinta itu, sekarang, rasanya saya bisa mendapatkannya
setiap hari. Sebab cinta tak mengenal waktu.
Bekerjalah Dengan Cinta
Wanita paruh baya itu berperawakan pendek dan sedikit gemuk. Beberapa helai uban turut menghiasi mahkota kepalanya yang diikat dengan penjepit rambut. Namun raut wajah bulat telur itu seakan tak pernah sekalipun terlihat cemberut. Ia selalu tampak riang, sehingga menyembunyikan parasnya yang jelas telah digurati keriput.
Wanita
itu memang tidak terlalu renta, tetapi kekuatan dan kegesitan di masa mudanya
niscaya telah direnggut usia. Karenanya, percayakah bahkan dari dirinya pun
akan ada sebuah pelajaran tentang makna cinta?
*
* *
Selalu...
Sabtu
adalah hari yang ditunggu. Hari di mana nafas bisa dihela dengan panjang, dan
sejenak mengistirahatkan raga dari rentetan kesibukan yang melelahkan. Saatnya
pula untuk menikmati kebersamaan dengan seisi anggota keluarga. Sehingga,
berbelanja di sebuah supermarket dekat rumah pun menjadi hiburan yang tak kalah
meluahkan kebahagiaan.
Namun
sepertinya tidak bagi wanita itu. Bagaikan tak mengenal hari libur, nyaris
setiap waktu sosoknya selalu kutemui di sekitar kokusai kouryuu kaikan
serta kampus.
Layaknya
hari kerja, dikemasnya sampah-sampah yang berserakan serta dipisahkan antara
yang terbakar dan tidak. Lantas ditaruhnya pada plastik yang berbeda warna.
Sebentar kemudian diambilnya kain untuk mengelap kursi dan meja. Tak lupa,
dengan vacuum cleaner dibersihkannya juga permukaan lantai. Setelah
selesai ia segera beranjak ke toilet, lalu dengan mengenakan sarung tangan
plastik dibersihkannya bekas kotoran manusia tersebut tanpa raut muka jijik.
Ia
seperti tak peduli rasa lelah atau letih, walaupun terlihat pakaian seragam cleaning
service biru mudanya telah basah bersimbah keringat. Tak juga kepenatan
menyurutkan keramahannya untuk bertegur sapa dengan siapa saja saat bertemu
muka.
Wanita
itu entah siapa namanya. Hanya dengan panggilan obachan ia biasa disapa.
Saat bersua denganku, juga selalu disempatkannya bertanya kabar. Bahkan ia
pernah bercerita panjang lebar tentang anak-anak serta cucunya karena sering
melihatku berjalan-jalan dengan keluarga. Beberapa kali pula saat usai kerja
kulihat ia sedang berbelanja, masih lengkap dengan seragam biru mudanya. Lantas
ditaruh barang-barang tersebut dikeranjang, dan perlahan dikayuhnya pedal
sepeda tua untuk beranjak pulang.
Entahlah,
rasanya tak ada perasaan iri dihatinya saat di hari libur ia ternyata harus
bekerja, sementara aku justru berleha-leha. Ia bahkan tetap saja semangat
bekerja dengan penuh suka cita. Begitu pula dengan obachan dan ojichan
lain yang pernah kutemui, mereka selalu asyik menikmati pekerjaannya. Mencabut
rumput liar di pekarangan kampus ketika musim panas, menyapu jalanan dari daun
yang berserakan pada musim gugur, bahkan dengan bersusah payah turut menyerok
tumpukan bongkahan salju di musim dingin.
Terlihat
betapa bergairahnya mereka ketika memang waktunya harus bekerja. Gairah dalam
bentuk kesungguhan dalam menekuni apapun jenis pekerjaan, yang mungkin tak
dipandang orang walau dengan sebelah mata. Karenanya, tak terdengar
ngalor-ngidul obrolan hingga jam istirahat tiba untuk sejenak melepaskan lapar
dan dahaga. Berselang satu jam kemudian, mereka akan kembali sibuk menekuni
pekerjaannya. Senantiasa egitu, dari waktu ke waktu.
Rutinitas
mereka mungkin tidaklah istimewa. Bekerja demi memperoleh sedikit nafkah atau
sekedar menghabiskan waktu luang, tentu lebih baik dari bermalas-malasan di
rumah. Terlebih-lebih itu adalah pekerjaan kasar, bukan kerja kantoran yang
menyenangkan dengan penyejuk atau pemanas ruangan.
Lalu
mengapa mereka selalu saja bekerja seolah tak pupus oleh lelah? Bahkan bekerja
bagaikan sebuah energi yang tak kunjung padam, mengalir dalam pembuluh darah
serta menggerakkan jiwa dan raganya.
Sekejap
akupun tepekur, kemudian mahsyuk merenung...
Dan
kulihat ada gairah membara yang berpendar dari balik kerut-merut kelopak mata
tua itu. Seolah sinar matanya menyiratkan pesan agar bekerjalah dengan cinta.
Karena bila engkau tiada sanggup, maka tinggalkanlah. Kemudian ambil tempat di
depan gapura candi untuk meminta sedekah dari mereka yang bekerja dengan suka
cita. (Kahlil
Gibran).
Wallahu
a'lamu bish-shawaab.
Langganan:
Postingan (Atom)