Sabtu, 26 Januari 2013

Lihat IP Perdana

Curhatan Sedikit..
melihat IP perdanaku sangat memalukan, mana ditambah lagi saya sebagai ketua kelas di kelas saya seharusnya saya bisa kasih contah ke teman teman. tapi apa daya..
ya kesibukan buat ngurus teman teman jauh lebih penting daripada nilaiku,.
moga saja semester depan bisa sukses..
dan kalau bisa meraih IPK yang Sempurna

Sabtu, 05 Januari 2013

Inilah Jihat Kami

Hari-hari Ramadhan terus berlalu. Ada harapan besar untuk dapat melewatinya dengan tenang dan konsentrasi penuh meraih segala keberkahannya. Jiwa-jiwa yang bergembira menyambut hadirnya tersebar di mana-mana. Mereka yang berharap mendapat keberkahan ampunan serta ganjaran yang berlipat banyaknya. Mereka yang saling berlomba menjadikan momen langka ini sebagai waktu-waktu terbaik yang akan mereka lewati. Mereka yang mengharapkan sedikitnya pencerahan dan perbaikan kehidupan, sebab saat Ramadhan tiba, setiap orang tak mau melewatinya sia-sia.
Ramadhan memang selalu dinanti. Kekuatan magnetnya mendorong setiap jiwa untuk melacak ke setiap sudut dan celah perhatian-Nya. Menarik-narik setiap raga untuk bersimpuh dan meluruhkan hati demi ampunan dan taubat kepada-Nya. Setiap Ramadhan, mesti jadi ajang perlombaan tiap diri untuk menjadi hamba-Nya terkasih.
Ramadhan kali ini, tetap saja hangat. Walau kian banyak darah kaum muslimin tertumpah di luar sana. Walau bau mesiu, amis darah, dan bangkai manusia, kian semerbak menambah wewangian jiwa-jiwa yang melayang menuju-Nya dengan kesyahidan. Bukankah tiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati? Dan kematian yang disambut sebab memperjuangkan keimanan, pula pada Ramadhan, adalah momen terbaik. Ramadhan, semakin hangat.
Tahun ini, Ramadhan saya lewati dengan tetap beraktivitas seperti biasa. Tak ada libur awal puasa, seperti kegembiraan anak-anak sekolah yang menyambut libur awal Ramadhan. Tak ada keringanan waktu, seperti para pelajar yang bubar sekolah lebih cepat supaya segera sampai di rumah. Berbuka bersama keluarga, sholat maghrib berjamaah, pergi ke masjid, tarawih, dan melewati malam panjang sampai sahur dengan ber-munajat sepuas hati. Tidak ada.
Bagaimanapun, masih ada mereka yang melewati Ramadhan dengan cobaan-cobaan yang lebih berat dari yang saya rasakan. Tetap beraktivitas? Tentu. Bahkan kian sibuk sampai lembur dan baru bisa pulang ke rumah setelah isya' bahkan menjelang pukul sepuluh malam baru sampai di rumah. Pagi, siang, dan sore hari di kantor tak lepas dari rapat, diskusi, pekerjaan rutin, bahkan sejumlah urusan tender tetap lancar menghiasi jam kantor tanpa kompromi. Letih. Penat. Cemburu.
Cemburu kepada mereka yang tetap dapat melewati Ramadhan dengan malam-malam panjang berkhalwat dengan-Nya, tanpa tertidur kelelahan. Cemburu kepada mereka yang sebelum fajar tiba sudah bersimpuh dengan khusyu berdoa sampai waktu menahan segala dimulai, tanpa terlambat pergi ke masjid untuk berjamaah sholat subuh. Cemburu. Sebab ternyata waktu yang tersisa dari seluruh rutinitas keseharian, hanya sedikit sekali dibandingkan sekian detik berharga yang seringkali terlewati tanpa disadari.
"Inilah jihad kami !" Begitu kata mereka.
Ya. Jihad. Inilah dia ujian dari-Nya yang kembali menimpa orang-orang yang senantiasa berikhtiar untuk meraih kebahagiaannya di dunia dan untuk akhirat nanti. Inilah dia ujian dari-Nya, bagi kita semua, supaya lebih cermat menjaga kelancaran aktivitas tanpa lengah menguatkan ibadah. Inilah dia jihad, dan Ramadhan tak akan pernah menunggu. Maka, bersemangatlah!
Bukankah Rasulullah dan para sahabat pun melewatkan Ramadhan dengan berperang? Bukankah kemenangan adanya bagi mereka yang berteguh dalam keimanan serta memantapkan diri ketika ujian-ujian itu datang? Bukankah ganjaran nantinya tak lagi sanggup kita bayangkan pula kita hitung, sebab begitu besar kenikmatan bagi mereka yang menegakkan keikhlasan dalam berjuang?
Maka, berjuanglah dalam Ramadhanmu. Walau tak berhadapan dengan musuh, peluru, atau mesiu. Walau tak berada di jalan, memanggul senjata, dan berperang. Walau kewajiban dalam mencari nafkah memaksamu untuk duduk dan bekerja sepanjang hari dan tak terluang waktu untuk menikmati sepenuhnya bersama orang-orang terkasih. Walau letih dan lelah merayapimu hingga keesokan hari.
Sebab, inilah jihadmu. 

Kamis, 03 Januari 2013

Bukan Aku tidak Mencintaimu


Maafkan, ini yang terakhir semoga semua akan lebih baik suatu saat nanti," Kututup telepon dengan perasaan bersalah yang dalam. Karena pada hari ini aku telah membuat suatu dosa dengan menutup jalur komunikasi dengan seorang sahabat. Bukan karena aku tidak menyayanginya tapi karena menjalani kehidupan sesuai dengan jalan yang dipilih masing-masing adalah yang terbaik.
Dia sahabatku, sampai kapanpun aku tidak lupa akan itu, seorang sahabat yang mengingatkanku akan harta paling berharga yang kubawa yaitu Islamku. Seorang sahabat yang kerap menamparku dengan kata-kata sinis bahkan pedas ketika aku melakukan kesalahan. Teman yang mengatakan "Munafik!" saat aku tidak konsisten terhadap kata-kataku bahkan "materialistis!" pun pernah terlontar dari dirinya.
Diskusi yang keras sering kali terjadi, tapi pada akhirnya akan berakhir dengan sebuah kata-kata bahwa sahabat adalah orang yang menampar kita ketika kita bersalah bukan karena benci tapi karena rasa saling menyayangi sebagai saudara.
Dalam perjalanan persahabatan sebuah kesadaran akan identitas diri akan menyeruak, bertarung dengan ego, dan identitas diri. Dan sebuah kegagalan telah tercatat, hamba yang lemah ini tidak sanggup menjaga niat. Persahabatan itu berubah dan perubahan itu tidak sanggup untuk dimaklumi. Proses yang berlangsung sebagai sarana belajar telah menjadi sebuah kekaguman yang menyebabkan diri memaksa menjadi serupa dengan orang yang dikagumi. Keyakinan akan diri sendiri goyah karena perasaan manusiawi. Dan sebuah perjalanan sampai pada keputusan, pergi atau menyesali diri.
Kesadaran bahwa dalam sebuah proses pencarian jati diri seharusnya dilakukan karena Allah membuat diri yang lemah ini malu, betapa perasaan insani telah menyeruak mengalahkan hati nurani.
Kesadaran yang muncul saat perasaan tertekan itu hadir adalah suatu kemustahilan berusaha menjadi seseorang yang lain. Rasa malu yang dalam menyadari ketidak ikhlasan diri menyeruak dalam hati. Perasaan malu sebagai seorang hamba membuat sebuah keputusan harus diambil, semuanya harus berakhir. Maka sebuah permintaan maaf pun mungkin takkan pernah bisa menghapus dosa.
Sungguh sahabat, tidak menyayangimu bukanlah alasan keputusan ini. Tapi kesadaran penuh bahwa seorang manusia harus menjadi dirinya dalam sebuah perjalanan membangun pondasi kehidupan membuat diri ini malu karena tidak sanggup untuk menetapkan tekad. Tapi kesadaran bahwa kebersamaan adalah suatu jalan untuk mengaburkan makna perjalanan mencari-Nya.
Percayalah sahabat, di manapun dirimu berada kau adalah sahabatku, karena sahabat ada dalam perjalanan waktu dan mendoakanmu meski dari jauh. 

pemerintahan Semi Presidensial


Sistem semi-presidensial adalah bentuk pemerintahan negara yang mencoba  mengatasi kelemahan-kelemahan sistem parlementer mau pun sistem presidensial.  kelemahan pokok sistem parlementer ialah sifatnya yang sangat tidak stabil karena setiap saat pemerintah, baik seluruh  kabinet mau pun setiap menteri, dapat  menerima emosi tidak percaya dari parlemen. Akibatnya pemerintah jatuh dan terjadi  pergantian pemerintah. Selama 4 tahun menggunakan sistem parlementer, Indonesia  mengalami pergantian pemerintah sebanyak 33 kali (Feith, 1962).
Sistem presidensial mengandung kecenderungan konflik permanen antara  cabang legislatif dan cabang eksekutif, terutama bila presiden terpilih tidak didukung oleh partai mayoritas yang berkuasa di parlemen. Padahal negara-negara baru yang tradisi demokrasinya belum  terkonsolidasi dengan mantap selalu menghadapi kondisi seperti ini. Selain itu, kekuasaan yang besar ditangan presiden sebagai pemegang kekuasaan eksekutif tunggal, selalu menggoda presiden untuk memperpajang masa jabatannya, yang kemudian berkembang menjadi kekuasaan otoriter. Ekses seperti itu dialami oleh banyak negara di Amerika Latin, Afrika dan Asia termasuk Indonesia yang menggunakan sistem presidensial.  Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan edua sistem tersebut, pada awal Abad 20 berkembang model ketiga sistem pemerintahan yang oleh Duverger disebut sistem semi-presidensial.
Sistem politik ketiga ini memiliki beberapa karakteristik sistem parlementer dan sistem presidensial. 
Ciri umum Sistem Pemerintahan Semipresidensil
 a.pusat kekuasaan berada pada suatu majelis perwakilan sebagai pemegang kekuasaan  tertinggi.
 b.penyelenggara kekuasaan legislatif adalah suatu badan perwakilan yang merupakan bagian dari majjelis perwakilan.
c. presiden dipilih secara langsung atau tidak langsung untuk masa jabatan tertentu dan bertanggungjawab kepada majlelis perwakilan.
d.para menteri adalah pembantu presiden yang diangkat dan diberhentikan  oleh presiden.  

Menurut Dr. Sukiman pada rapat BPUPK pada tanggal 15 Juli 1945 dan keteranga Prof. Soepomo pada rapat PPKI tanggal 18 Agustus 1945 beberapa saat menjelang pengesahan UUD 1945, jelas sekali sistem pemerintahan negara Indonesia yang diikuti oleh UUD pertama Indonesia tersebut adalah sistem semipresidensial. Menurut Blondel, pada pertengahan 1940-an, hanya ada 6 negara baru merdeka yang menggunakan sistem semipresidensial ganda – yang memiliki presiden sebagai kepala negara dan perdana menteri atau menteri pertama  sebagai kepala pemerintahan - yakni Finlandia, Lebanon, Siria, Peru, Indonesia, dan Korea Selatan. Sekarang model tersebut semakin populer dan digunakan  di banyak negara,  karena dipandang sebagai bentuk pemerintahan demokratis yang lebih stabil dan lebih efektif di negara yang memiliki multi partai politik.      

Negara yang menerapkan system seperti ini adalah :  Republik Kelima Perancis
Menurut Blondel, pada pertengahan 1940-an, hanya ada 6 negara baru merdeka yang menggunakan sistem semipresidensial ganda – yang memiliki presiden sebagai kepala negara dan perdana menteri atau menteri pertama  sebagai kepala pemerintahan - yakni Finlandia, Lebanon, Siria, Peru, Indonesia, dan Korea Selatan.

Sestem Parlementer


Sistem parlementer adalah sebuah sistem pemerintahan di mana parlemen memiliki peranan penting dalam pemerintahan. Dalam hal ini parlemen memiliki wewenang dalam mengangkat perdana menteri dan parlemen pun dapat menjatuhkan pemerintahan, yaitu dengan cara mengeluarkan semacam mosi tidak percaya. Berbeda dengan sistem presidensiil, di mana sistem parlemen dapat memiliki seorang presiden dan seorang perdana menteri, yang berwenang terhadap jalannya pemerintahan. Dalam presidensiil, presiden berwenang terhadap jalannya pemerintahan, namun dalam sistem parlementer presiden hanya menjadi simbol kepala negara saja.
Sistem parlementer dibedakan oleh cabang eksekutif pemerintah tergantung dari dukungan secara langsung atau tidak langsung cabang legislatif, atauparlemen, sering dikemukakan melalui sebuah veto keyakinan. Oleh karena itu, tidak ada pemisahan kekuasaan yang jelas antara cabang eksekutif dan cabang legislatif, menuju kritikan dari beberapa yang merasa kurangnya pemeriksaan dan keseimbangan yang ditemukan dalam sebuah republikkepresidenan.
Sistem parlemen dipuji, dibanding dengan sistem presidensiil, karena kefleksibilitasannya dan tanggapannya kepada publik. Kekurangannya adalah dia sering mengarah ke pemerintahan yang kurang stabil, seperti dalam Republik Weimar Jerman dan Republik Keempat Perancis. Sistem parlemen biasanya memiliki pembedaan yang jelas antara kepala pemerintahan dan kepala negara, dengan kepala pemerintahan adalah perdana menteri, dan kepala negara ditunjuk sebagai dengan kekuasaan sedikit atau seremonial. Namun beberapa sistem parlemen juga memiliki seorang presiden terpilih dengan banyak kuasa sebagai kepala negara, memberikan keseimbangan dalam sistem ini.
Negara yang menganut sistem pemerintahan parlementer adalah Inggris, Jepang, Belanda, Malaysia, Singapura dan sebagainya.

Ciri-ciri pemerintahan parlemen yaitu:
·         Dikepalai oleh seorang perdana menteri sebagai kepala pemerintahan sedangkan kepala negara dikepalai oleh presiden/raja.
·         Kekuasaan eksekutif presiden ditunjuk oleh legislatif sedangkan raja diseleksi berdasarkan undang-undang.
·         Perdana menteri memiliki hak prerogratif (hak istimewa) untuk mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri yang memimpin departemen dan non-departemen.
·         Menteri-menteri hanya bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.
·         Kekuasaan eksekutif bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.
·         Kekuasaan eksekutif dapat dijatuhkan oleh legislatif.
[sunting]Kelebihan dan kelemahan sistem parlementer
Kelebihan Sistem Pemerintahan Parlementer:
·         Pembuat kebijakan dapat ditangani secara cepat karena mudah terjadi penyesuaian pendapat antara eksekutif dan legislatif. Hal ini karena kekuasaan eksekutif dan legislatif berada pada satu partai atau koalisi partai.
·         Garis tanggung jawab dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik jelas.
·         Adanya pengawasan yang kuat dari parlemen terhadap kabinet sehingga kabinet menjadi barhati-hati dalam menjalankan pemerintahan.
Kekurangan Sistem Pemerintahan Parlementer:
·         Kedudukan badan eksekutif/kabinet sangat tergantung pada mayoritas dukungan parlemen sehingga sewaktu-waktu kabinet dapat dijatuhkan oleh parlemen.
·         Kelangsungan kedudukan badan eksekutif atau kabinet tidak bisa ditentukan berakhir sesuai dengan masa jabatannya karena sewaktu-waktu kabinet dapat bubar.
·         Kabinet dapat mengendalikan parlemen. Hal itu terjadi apabila para anggota kabinet adalah anggota parlemen dan berasal dari partai meyoritas. Karena pengaruh mereka yang besar diparlemen dan partai, anggota kabinet dapat mengusai parlemen.
·         Parlemen menjadi tempat kaderisasi bagi jabatan-jabatan eksekutif. Pengalaman mereka menjadi anggota parlemen dimanfaatkan dan manjadi bekal penting untuk menjadi menteri atau jabatan eksekutif lainnya..

Mosi Tidak Percaya


Mosi tidak percaya adalah sebuah prosedur parlemen yang digunakan kepada parlemen oleh parlemen oposisi dengan harapan mengalahkan atau mempermalukan sebuah pemerintahan.
Pemerintah seringkali menanggapi mosi tidak percaya dengan mengusulkan mosi kepercayaan.
Tradisi ini dimulai pada Maret 1782 setelah kekalahan pasukan Britania dalam Pertempuran Yorktown (1781) dalam Perang Revolusi Amerika, Parlemen Kerajaan Britania Raya memutuskan bahwa mereka "tidak lagi percaya kepada menteri saat itu". Perdana Menteri waktu itu, Lord North, menanggapinya dengan meminta Raja George III untuk menerima surat pengunduran dirinya. Hal ini meskipun tidak secara langsung menciptakan konvensi konstitusional; namun, pada awal abad ke-19, percobaan oleh Perdana Menteri untuk memerintah dalam keadaan tanpa mayoritas parlemen terbukti tidak berhasil, dan pada pertengahan abad ke-19, kemampuan mosi tidak percaya untuk memecahkan pemerintahan dibentuk di Britania Raya.
Biasanya, ketika parlemen memutuskan tidak percaya, atau gagal memutuskan percaya, sebuah pemerintahan harus
1.     mengundurkan diri, atau
2.     mencari disolusi parlemen dan meminta pemilihan umum.

Asal Api Neraka

Bahlul, sufi pandir yang bijaksana, suatu hari bertemu dengan khalifah Harun Al-Rasyid. “Habis dari mana kau, Bahlul?” tanya sang penguasa. “Dari neraka,” jawab sufi itu dengan enteng. “Apa yang kau lakukan di sana?” Bahlul menjelaskan, “Saya memerlukan api, Tuan. Jadi saya fikir lebih baik saya pergi ke neraka untuk meminta sedikit percikan api. Tapi Penjaga Neraka berkata: Kami tak punya api di sini. Tentu saja saya tanya: Lho, kok begitu? Bukankah neraka tempat yang penuh dengan api? Penjaga Neraka menjawab: Begini, sebenarnya di sini tak ada api sedikit pun. Setiap orang yang datang ke sini membawa apinya masing

Sebab Cinta Tak Kenal Waktu


Apa kabar, Yang? 

Semoga makin berpeluh cinta-Nya.

Apa kabar hati?

Semoga selalu bersih dari noda.

Apa kabar iman?

Semoga kian menapak menapak maju.

Keep Allah in your heart,

And may He always loves you.

Kangen ...

eramuslim - Bait di atas adalah isi sebuah SMS yang saya terima dari seorang sahabat. Malam-malam, menjelang tidur. Saya kontan tersenyum. Mengingat perjumpaan hari itu dengannya. Tidak ada yang istimewa, sebab esok hari pun kami pasti akan berjumpa lagi. Ia, sahabat itu, adalah teman sekantor saya.
Senyum saya malam itu, juga sebab mengingat sebuah hal kecil yang seringkali saya alami. Dengan teman-teman dan sahabat saya. Hal sepele, namun berarti besar. Sering dilupakan dan bahkan tak lagi menjadi sesuatu hal yang penting, namun setiap kali merasakannya, pengaruhnya begitu besar. Sebuah perhatian.
Dulu, saya sering menganggap penting sebuah momen hari ulang tahun. Mengapa? Sebab pada hari itu, sekian banyak teman dan sahabat yang menghampiri, menyalami, memeluk, dan untaian doa mereka sampaikan lewat lisan, telepon, atau hanya mengirimkan SMS. Kalau ada satu dua orang yang lupa atau tidak 'berpartisipasi', apalagi bila ia adalah teman dekat, rasanya ada yang kurang. Mungkin juga terbersit perasaan kecewa. Walaupun hanya satu hari, tapi begitu membahagiakan rasanya. Sepertinya, hari itu bertabur cinta.

Bila memar yang bertalu/
Bila gebyar sendu yang menderu/
Dan jika pilu yang menyergapmu/
Maka temukan penawar dalam khusyu-mu/
Maka lerai gundahmu dalam pintamu/
Di penghujung malam
.

Seorang sahabat, ia selalu hadir kapan saja dibutuhkan. Walau tak ada sosoknya, walau hanya untaian doa yang ia kirimkan. Seorang sahabat, memberikan banyak dan lagi tak meminta apa-apa. Bait di atas, adalah satu lagi SMS yang saya terima darinya.
Dulu, saya pikir, seorang sahabat yang baik adalah yang selalu mengikuti apa yang saya mau. Yang selalu mendukung segala yang saya perbuat dan lakukan. Yang memberikan dan mengajak saya untuk mendapatkan kesenangan dan lagi kesenangan.
Suatu hari, seorang sahabat saya di kampus berkata,
"Seneng banget deh kalau datang ke kampus. Aku bisa melihat kalian, walau kita nggak ngobrol, tapi lihat kalian ada di sana, itu udah bikin aku bersemangat!"
Ya, bukankah seorang muslim yang baik adalah apabila saudaranya melihat wajahnya, maka akan mengingatkan saudaranya itu kepada Allah? Yang tak sekadar memberikan kita kesenangan dalam keseharian? Tapi juga dengan tegas mengingatkan kala kita melakukan kesalahan. Yang tak sekadar menjadikan kita teman main dan menghabiskan waktu? Tapi juga menjadi penyejuk hati dan penegur diri saat hati ini beku.

... dan rinduku untukmu
selalu berderu
dalam gairahku
menuju cinta Rabb-ku,
lewat lisanku,
sampaikan doaku-
dalam malamku-
untukmu

Bait di atas, adalah isi SMS yang saya kirim kepadanya, malam itu. Perhatian-perhatian itu, cinta itu, sekarang, rasanya saya bisa mendapatkannya setiap hari. Sebab cinta tak mengenal waktu. 

Bekerjalah Dengan Cinta



Wanita paruh baya itu berperawakan pendek dan sedikit gemuk. Beberapa helai uban turut menghiasi mahkota kepalanya yang diikat dengan penjepit rambut. Namun raut wajah bulat telur itu seakan tak pernah sekalipun terlihat cemberut. Ia selalu tampak riang, sehingga menyembunyikan parasnya yang jelas telah digurati keriput.
Wanita itu memang tidak terlalu renta, tetapi kekuatan dan kegesitan di masa mudanya niscaya telah direnggut usia. Karenanya, percayakah bahkan dari dirinya pun akan ada sebuah pelajaran tentang makna cinta?
* * *
Selalu...
Sabtu adalah hari yang ditunggu. Hari di mana nafas bisa dihela dengan panjang, dan sejenak mengistirahatkan raga dari rentetan kesibukan yang melelahkan. Saatnya pula untuk menikmati kebersamaan dengan seisi anggota keluarga. Sehingga, berbelanja di sebuah supermarket dekat rumah pun menjadi hiburan yang tak kalah meluahkan kebahagiaan.
Namun sepertinya tidak bagi wanita itu. Bagaikan tak mengenal hari libur, nyaris setiap waktu sosoknya selalu kutemui di sekitar kokusai kouryuu kaikan serta kampus.
Layaknya hari kerja, dikemasnya sampah-sampah yang berserakan serta dipisahkan antara yang terbakar dan tidak. Lantas ditaruhnya pada plastik yang berbeda warna. Sebentar kemudian diambilnya kain untuk mengelap kursi dan meja. Tak lupa, dengan vacuum cleaner dibersihkannya juga permukaan lantai. Setelah selesai ia segera beranjak ke toilet, lalu dengan mengenakan sarung tangan plastik dibersihkannya bekas kotoran manusia tersebut tanpa raut muka jijik.
Ia seperti tak peduli rasa lelah atau letih, walaupun terlihat pakaian seragam cleaning service biru mudanya telah basah bersimbah keringat. Tak juga kepenatan menyurutkan keramahannya untuk bertegur sapa dengan siapa saja saat bertemu muka.
Wanita itu entah siapa namanya. Hanya dengan panggilan obachan ia biasa disapa. Saat bersua denganku, juga selalu disempatkannya bertanya kabar. Bahkan ia pernah bercerita panjang lebar tentang anak-anak serta cucunya karena sering melihatku berjalan-jalan dengan keluarga. Beberapa kali pula saat usai kerja kulihat ia sedang berbelanja, masih lengkap dengan seragam biru mudanya. Lantas ditaruh barang-barang tersebut dikeranjang, dan perlahan dikayuhnya pedal sepeda tua untuk beranjak pulang.
Entahlah, rasanya tak ada perasaan iri dihatinya saat di hari libur ia ternyata harus bekerja, sementara aku justru berleha-leha. Ia bahkan tetap saja semangat bekerja dengan penuh suka cita. Begitu pula dengan obachan dan ojichan lain yang pernah kutemui, mereka selalu asyik menikmati pekerjaannya. Mencabut rumput liar di pekarangan kampus ketika musim panas, menyapu jalanan dari daun yang berserakan pada musim gugur, bahkan dengan bersusah payah turut menyerok tumpukan bongkahan salju di musim dingin.
Terlihat betapa bergairahnya mereka ketika memang waktunya harus bekerja. Gairah dalam bentuk kesungguhan dalam menekuni apapun jenis pekerjaan, yang mungkin tak dipandang orang walau dengan sebelah mata. Karenanya, tak terdengar ngalor-ngidul obrolan hingga jam istirahat tiba untuk sejenak melepaskan lapar dan dahaga. Berselang satu jam kemudian, mereka akan kembali sibuk menekuni pekerjaannya. Senantiasa egitu, dari waktu ke waktu.
Rutinitas mereka mungkin tidaklah istimewa. Bekerja demi memperoleh sedikit nafkah atau sekedar menghabiskan waktu luang, tentu lebih baik dari bermalas-malasan di rumah. Terlebih-lebih itu adalah pekerjaan kasar, bukan kerja kantoran yang menyenangkan dengan penyejuk atau pemanas ruangan.
Lalu mengapa mereka selalu saja bekerja seolah tak pupus oleh lelah? Bahkan bekerja bagaikan sebuah energi yang tak kunjung padam, mengalir dalam pembuluh darah serta menggerakkan jiwa dan raganya.
Sekejap akupun tepekur, kemudian mahsyuk merenung...
Dan kulihat ada gairah membara yang berpendar dari balik kerut-merut kelopak mata tua itu. Seolah sinar matanya menyiratkan pesan agar bekerjalah dengan cinta. Karena bila engkau tiada sanggup, maka tinggalkanlah. Kemudian ambil tempat di depan gapura candi untuk meminta sedekah dari mereka yang bekerja dengan suka cita. (Kahlil Gibran).
Wallahu a'lamu bish-shawaab.