Kamis, 28 Februari 2013

Hadiah Sholat malam


Seorang pencuri masuk ke rumah Ahmad bin Khazruya, seorang sufi besar. Ia sibuk mencari barang berharga untuk dicuri, tetapi ia tak menemukan apa-apa. Ketika pencuri itu hendak pergi dengan kecewa, Ahmad, sang sufi, memanggilnya.


"Anak muda, ambillah ember ini dan timba air dari sumur. Berwudhulah kau dengan air itu dan dirikanlah salat. Kalau ada sesuatu, nanti aku berikan padamu, supaya kau tak pulang dengan tangan hampa," ujar Ahmad. 

Orang itu mengikuti perintah Ahmad. Ketika pagi tiba, seorang pria dari kota datang membawa kantong berisi seratus dinar dan memberikannya pada Ahmad. Ahmad lalu memberikannya pada si pencuri. 

"Bawalah ini sebagai hadiah untuk salat malammu," ia berkata. 

Tubuh pencuri itu bergetar. Ia langsung menangis terisak-isak. 

"Aku telah salah mengambil jalan," ucapnya di sela tangisan, "tapi semalam saja aku bekerja untuk Tuhan, Dia telah memberiku ganjaran seperti ini...." 

Pencuri itu bertaubat, kembali kepada Tuhan. Ia menolak mengambil wang emas itu, dan menjadi salah seorang murid setia Ahmad bin Khazruya.

membakar diri demi dia

salah satu tokoh sufi terbesar, Fariduddin Attar, bercerita; Pada suatu malam, sekelompok laron berkumpul bersama. Mereka bercerita tentang kerinduan yang menyiksa; keinginan untuk bergabung dengan cahaya sebuah lilin. Semua berkata, “Kita harus temukan seekor laron yang dapat menceritakan lilin yang amat kita dambakan itu.”


Salah seekor laron lalu pergi ke sebuah puri dan melihat seberkas cahaya lilin di dalamnya. Ia kembali dan bercerita tentang apa yang ia telah lihat. Tapi seekor laron yang bijak, pemimpin kelompok itu, hanya berkata, “Ia tak punya berita yang sesungguhnya tentang lilin itu.” Seekor laron yang lain pergi menuju puri itu dan terbang mendekati cahaya lilin, bergerak ke arahnya, dan menyentuh sedikit nyala api dengan sayapnya. Setelah itu, ia kembali ke kelompoknya dan menjelaskan tentang penyatuan dirinya dengan lilin itu. Tapi si laron bijak lalu berkata lagi, “Penjelasanmu tak lebih berarti dari penjelasan laron sebelum kamu.” 

Laron ketiga bangkit, dan melemparkan dirinya ke arah nyala lilin. Ia mendorong dirinya ke depan lilin dan mengarahkan sungutnya kepada api. Begitu seluruh tubuhnya dilalap api, tubuhnya menjadi merah menyala seperti api itu sendiri. Si laron bijak memandang dari kejauhan dan melihat bahwa lilin itu telah menerima seekor laron tadi sebagai bagian dari dirinya dan memberikan kepada laron itu cahayanya. Si laron bijak berkata, “Seekor laron itu telah mengetahui apa yang ia capai. Sesuatu yang takkan diketahui laron-laron lainnya.” 

Attar menutup kisah ini dengan berkata: Sebenarnya, hanya orang yang telah meninggalkan pengetahuan akan keberadaan dirinya, yang dapat memiliki pengetahuan akan eksistensi Sang Tercinta. Selama kau masih memperdulikan jiwa dan ragamu, bagaimana kau mampu mengenal Dia yang kau cinta?

Kucing dan daging kambing


; Alkisah, hiduplah seorang istri yang amat licik. Ia selalu menghabiskan setiap makanan yang dibawa oleh suaminya pulang, dan berbohong tentang hal itu. 

Suatu saat, suaminya pulang dengan membawa daging kambing untuk dihidangkan kepada tamunya yang akan tiba. Suami itu telah bekerja selama dua ratus hari untuk boleh membeli daging mahal tersebut.

Ketika suaminya tidak di tempat, istri yang rakus itu segera memotong daging dan memasaknya menjadi kebab (sebuah hidangan khas Timur Tengah, -red.) Dan ia makan semua masakan itu, diselingi dengan minum anggur.

Suaminya datang ke rumah bersama tamu yang dijemputnya. “Daging itu dimakan kucing,” istrinya berbohong, “kalau kau masih punya wang, belilah lagi.”

Sang suami lalu meminta pelayan untuk membawakan timbangan dan kucing yang dituduh itu. Berat kucing itu adalah tiga kilogram. “Daging kambing itu beratnya tiga kilogram dan satu ons,” ujar suami itu sambil menggendong kucing, “kalau benda ini adalah kucing, lalu di mana daging kambingnya? Kalau benda ini adalah daging kambing, lalu di mana kucingnya? Carilah mana kucing itu, atau mana daging kambing itu!”

Rumi menutup cerita itu dengan menulis: Jika kau memiliki raga, lalu di mana ruhnya? Jka kau memiliki ruh, lalu di mana raganya?

Senin, 11 Februari 2013

Mencintai Diri Sendiri


Menjadi baik dalam segalanya adalah dambaan tiap orang. Menjadi cantik, lembut, ramah, baik hati, bijaksana, lapang dada, dermawan, menyenangkan, sabar, tegar, cerdas, pintar, menarik hati, enak dipandang, enak dijadikan teman curhat dan semua kebaikan lainnya
Berbahagialah mereka yang mewarisi gen-gen kebaikan dari orang tuanya. Berbahagialah mereka yang dibesarkan dalam lingkungan yang baik. Berbahagialah mereka yang mendapatkan pendidikan yang baik dari orang tua dan sekolahnya. Hingga ia tumbuh dewasa dalam kebaikan, tanpa pergolakan jiwa yang berarti, tak perlu lagi menghadapi dilema dan menyesali perjalanan hidupnya sendiri.
Namun bagaimana dengan mereka yang menjalani proses hidup sebaliknya? Rasanya begitu berat. Begitu pedih. Begitu nyeri. Begitu menyesakkan. Saat kebencian itu hadir. Saat ketidak sukaan melingkupi. Saat ketidak mengertian memenuhi. Saat ketidak berdayaan menghantui. Terhadap diri sendiri. Mengapa aku buruk rupa? Mengapa keluargaku berantakan? Mengapa aku tidak cerdas? Mengapa aku selalu gagal? Mengapa aku tidak disukai teman-temanku? Mengapa perjalanan hidupku seperti ini? Mengapa aku selalu naif? Mengapa aku selalu salah? Mengapa? Dan banyak mengapa lainnya...
Ketika semua perasaan itu hadir dan melibas diri, hidup menjadi sangat sulit. Dunia menjadi teramat gelap. Hingga segala tentang diri kita pun terasa bernuansa pekat. Kita buruk dan hanya orang lain yang baik. Dan kita pun ingin terbang, pergi dan menjadi orang lain atau malah terpuruk saja di dalam bumi.
Pernahkah kemudian kita terpikir: Betapa kasihan 'makhluk kecil' di dalam sana. Sesosok 'diri' yang disadari atau tidak, dibenci oleh dirinya sendiri. Mungkin jasad sang diri memang tidak cakep. Mungkin pribadi sang diri memang tidaklah menyenangkan. Mungkin perjalanan hidup sang diri cukup menyebalkan. Namun sang diri tetap butuh cinta. Agar dengannya dia tumbuh dan berkembang ke arah kebaikan. Berapa banyak cerita tentang seseorang yang berubah menjadi lebih baik karena merasa dicintai? Berapa banyak orang yang termotivasi karena dicintai? Betapa banyak orang yang ingin diterima apa adanya? Dicintai setulusnya? Dan cinta itu, at very first, hanya pemilik 'diri' lah yang harus memberikannya. Jika bukan kau, siapa lagi? Engkau yang paling mengerti dirimu sendiri. Maka engkau lah yang paling layak, paling berhak dan paling berwenang mencintai dirimu sendiri.
Cintailah dirimu sendiri. Beri penghargaan. Beri pujian untuk keistimewaan-keistimewaan dalam dirimu sendiri Terimalah ia apa adanya. Pahami kelemahan-kelemahannya. Lihat kembali perjalanan hidupmu ke belakang. Mungkin kau akan melihat banyak kesalahan. Mungkin kau akan menemukan banyak kenaifan. Mungkin kau akan menjumpai banyak hal memalukan. Mungkin kau akan menemukan banyak kegetiran. Ketidaksukaan. Seperti halanya kau ingin orang lain menerima dirimu apa adanya, maka kau harus memulainya dari dirimu sendiri. Terimalah dirimu apa adanya. Cintai ia. Sungguh cinta itu akan menjadi kekuatan besar untuk membangun diri.
Cinta itu, akan mengarahkan jiwamu terus menerus bergejolak. Cinta itu akan mewadahi hatimu terus menerus bergolak. Cinta itu akan mendamaikan perasaanmu yang tak pernah berhenti dan mati. Cinta itu akan membuatmu terus berusaha memperbaiki diri. Cinta itu akan membuatmu bangga dengan perjuangan yang telah kau lakukan. Cinta itu akan menjagamu dari membandingkan diri dengan orang lain serta lebih memilih membandingkan diri sendiri yang sekarang dengan beberapa waktu serbelumnya.
Maka kemudian dirimu akan sanggup berkata, "Mungkin aku yang sekarang masih belum sebaik orang pada umumnya. Mungkin aku yang sekarang belum sebaik manusia muslim yang sesungguhnya. Tapi akau tahu aku yang sekarang adalah aku yang lebih baik dari aku sebelumnya. Dan aku bangga karena untuk menjadi aku yang sekarang kulewati dengan penuh air mata. Aku bangga dengan diriku yang sekarang karena akau telah menempuh prosesnya."
Jika tak ada yang mencintaimu kini, bisa jadi itu karena engkau bahkan tak mencintai dirimu sendiri. Karena itu, cintailah dirimu sendiri. Karena dari sana kau akan bisa mencintai dan dicintai orang lain

Minggu, 10 Februari 2013

Biar Cinta Bermuara Dengan Sendirinya


Kenapa tak pernah kau tambatkan.
perahumu di satu dermaga?Padahal kulihat, bukan hanya satu.pelabuhan tenang yang mau menerima.kehadiran kapalmu!Kalau dulu memang pernah ada.satu pelabuhan kecil, yang kemudian.harus kau lupakan,mengapa tak kau cari pelabuhan lain,yang akan memberikan rasa damai yang lebih?Seandainya kau mau,buka tirai di sanubarimu, dan kau akan tahu,pelabuhan mana yang ingin kau singgahi untuk selamanya,hingga pelabuhan itu jadi rumahmu,rumah dan pelabuhan hatimu.( Judul Puisi " Pelabuhan " karya Tyas Tatanka, kumpulan puisi 7 penyair serang)eramulsim - Matanya berkaca-kaca ketika perempuan itu selesai membaca dan merenungi isi puisi itu. Dulu sekali perempuan itu telah pernah berharap pada seorang laki-laki yang dia yakin baik dan hanif, ada kilasan - kilasan di hatinya yang mengatakan bahwa mungkin dialah sosok yang selama ini dicari.. dialah sosok yang tepat untuk mengisi hari harinya kelak dalam bingkai pernikahan.
Berawal dari sebuah pertemanan. Berdiskusi tentang segala hal, terutama masalah agama. Perempuan itu sedang berproses untuk mendalami agama Islam dengan lebih intens. Dan laki-laki itu, dia paham agama, aktif diorganisasi keislaman, dan masih banyak lagi hal - hal positif yang ada dalam diri lelaki itu. Sehingga kedekatan itu membawa semangat perempuan itu untuk terus menggali ilmu agama.dan mempraktekkannya dalam kesehariannya. Kedekatan itu berlanjut menjadi kedekatan yang intens, berbagi cerita , curahan hati, saling meminta saran, saling bertelepon dan bersms, yang akhirnya segala kehadirannya menjadikan suatu kebutuhan. Kesemuanya itu awalnya mengatasnamakan persahabatan.
Suatu hari salah seorang sahabatnya bertanya " Adakah persahabatan yang murni antara laki-laki dan perempuan dewasa tanpa melibatkan hati dan perasaan terlebih bila sudah muncul rasa simpati, kagum dan kebutuhan untuk sering berinteraksi?" Perempuan itu tertegun dan hanya bisa menjawab " entahlah.."Sampai suatu hari, laki-laki itu pergi dan menghilang... Awalnya masih memberi kabar. Selebihnya hilang begitu saja. Dan perempuan itu masih berharap dan menunggu untuk suatu yang tak pasti. Karena memang tidak pernah ada komitmen yang lebih jauh diantara mereka berdua. Setiap dia mengenal sosok lelaki lainnya... Selalu dibandingkan dengan sosok laki-laki sahabatnya itu dan tentulah sosok laki - laki sahabatnya itu yang selalu lebih unggul dibanding yang lain. Dan perempuan itu tidak pernah lagi membuka hatinya untuk yang lain. Sampai suatu hari,..
Perempuan itu menyadari kesia-siaan yang dibuatnya. Ia berharap ke sesuatu yang tak pasti hanyalah akan membawa luka dihati... Bukankah banyak hal yang bermanfaat yang bisa dia lakukan untuk mengisi hidupnya kini.... Air mata nya jatuh perlahan dalam sujud panjangnya dikegelapan malam... Dia berjanji untuk tidak mengisi hari - harinya dengan kesia-siaan."Lalu bagaimana dengan sosok laki - laki itu ?? "Perlahan saya bertanya padanya."Saya tidak akan menyalahkan siapa-siapa, yang salah hanyalah persepsi dan harapan yang terlalu berlebihan dari kedekatan itu, dan proses interaksi yang terlalu dekat sehingga timbul gejolak dihati.... Biarlah hal itu menjadi proses pembelajaran dan pendewasaan bagi saya untuk lebih hati - hati dalam menata hati dan melabuhkan hati," ujarnya dengan diplomatis. Hingga saya menemukan perempuan itu kini benar - benar menepati janjinya.Dunia perempuan itu kini adalah dunia penuh cinta dengan warna-warna jingga, tawa-tawa pelangi , pijar bintang dimata anak anak jalanan yang menjadi anak didiknya.... Cinta yang dialiri ketulusan tanpa pamrih dari sahabat-sahabat di komunitasnya yang menjadikan perempuan itu produktif dan bisa menghasilkan karya...cinta yang tidak pernah kenal surut dari kedua orang tua dan keluarganya... Dan yang paling hakiki adalah cinta nya pada Illahi yang selalu mengisi relung-relung hati..tempatnya bermunajat disaat suka dan duka... Indahnya hidup dikelilingi dengan cinta yang pasti.Adakalanya kita begitu yakin bahwa kehadiran seseorang akan memberi sejuta makna bagi isi jiwa. Sehingga.... saat seseorang itu pun hilang begitu saja... Masih ada setangkup harapan agar dia kembali....Walaupun ada kata-katanya yang menyakitkan hati.... akan selalu ada beribu kata maaf untuknya.... Masih ada beribu penantian walau tak pasti... Masih ada segumpal keyakinan bahwa dialah jodoh yang dicari sehingga menutup pintu hati dan sanubari untuk yang lain. Sementara dia yang jauh disana mungkin sama sekali tak pernah memikirkannya. Haruskah mengorbankan diri demi hal yang sia-sia??Masih ada sejuta asa.... Masih ada sejuta makna.....Masih ada pijar bintang dan mentari yang akan selalu bercahaya dilubuk jiwa dengan menjadi bermakna dan bermanfaat bagi sesama...."Lalu... bagaimana dengan cinta yang dulu pernah ada?? '' tanya saya suatu hari.Perempuan itu berujar, " Biarkan cinta itu bermuara dengan sendirinya... disaat yang tepat... dengan seseorang yang tepat.... dan pilihan yang tepat......hanya dari Allah Swt. disaat dihalalkannya dua manusia untuk bersatu dalam ikatatan pernikahan yang barokah.."Semoga saja akan demikian adanya...Untuk seorang sahabat.yang tengah meniti masa transisi