Seorang
teman yang sangat menyukai musik pernah berkata, bahwa musik bisa membuat
perasaan menjadi halus dan peka. Saya percaya dengan apa yang
dikatakannya,karena saya melihat muka ramah dan ceria yang dimiliki Pianis
Richard Clayderman atau Saxophonis Kenny G. Di foto-foto mereka kesan ramah dan
bersahaja selalu melekat pada wajah mereka.
Tapi
pandangan saya terhadap perkataan teman berubah setelah saya beberapa kali bertemu
dengan guru piano murid saya. Kesan tidak ramah sudah saya rasakan pada saat
pertemuan pertama, tapi berhubung saat itu sang guru piano sedang kewalahan
menaklukan murid saya yang susah berkonsentrasi belajar jadi saya anggap sang
guru tidak mempunyai waktu untuk memberikan air muka yang menyejukkan untuk
menjawab salam saya. Tetapi pertemuan selanjutnya benar-benar meruntuhkan
anggapan teman saya bahwa musik bisa membuat orang menjadi halus dan peka.
Halus bagi saya sudah termasuk halus budi dan akhlak tentunya.
Dalam
perjalanan pulang, saya menanyakan sikap guru piano kepada Pak Jam, supir
pribadi murid yang selalu mengantarkan sepertiga perjalanan pulang saya, saya
tanyakan hal itu karena saya takut ketidakramahan sikap guru piano hanya
tertuju pada saya seorang, teryata Pak Jam mengamini bahwa sang guru piano
memang seperti itulah keadaanya, susah senyum dan arogan.
Lalu
saya teringat guru organ murid saya yang lain atau senior saya yang juga sama
mengajar musik, ya saya ingat mereka juga berair muka sama.
Ah, saya salah jika
saya menyalahkan anggapan teman saya di atas tentang musik. Tidak semua para
pemusik seperti guru piano murid saya kan?
Buktinya musisi kaliber dunia yang saya sebut di atas jauh dari kesan arogan.
Juga teman saya yang musisi pun memang memiliki hati yang lembut dan murah
senyum.
Saya
pikir mungkin sang guru piano kurang menghayati, memahami dan menyerap inti
dari musik yang dia mainkan selama ini, sehingga alunan-alunan nada yang
dibawakannya tidak membekas dalam hatinya.
Tentu
saja penghayatan, pemahaman, penyerapan inti dan yang tidak kalah pentingnya
pengamalan sesuatu tidak hanya ditujukan bagi dunia permusikan saja, tapi juga
dalam segala hal. Demikian pula dengan Islam. Islam bukanlah hanya sesuatu
untuk dipelajari saja tetapi lebih untuk diamalkan.
Tidak
jarang ketika saya bertemu dengan sesama muslim saya tersenyum dan mengucapkan
salam hanya karena saya ingin menjalankan pesan nabi bahwa senyum itu sedekah,
tapi sayang sekali balasan yang saya dapatkan bukanlah ucapan salam kembali.
Ketika saya jalan berpapasan ada yang malah membuang pandangan, malah ada juga
yang ketika melihat saya tersenyum, orang yang bersangkutan memperlihatkan muka
heran. Mungkinkah karena pakaian muslimah saya yang berbeda yang menyebabkan saudara-saudara
saya bersikap seperti itu?
Dilihat
dari segi penampilan, seharusnya mereka lebih mengetahui bahwa keramahan adalah
bagian dari akhlak Islam. Ada
beberapa hadist yang menyebutkan tentang keutamaan akhlak. Dua hadist riwayat
Bukhari Muslim, "Sebaik-baiknya manusia adalah yang terbaik akhlak budi
pekertinya", "Sebaik-baik kamu ialah yang terbaik akhlak budi
pekertinya".
Betapa
besar arti sebuah senyuman dan keramahan. Dari sebuah senyuman dan keramahan,
seorang dokter bisa membantu mempercepat penyembuhan pasien, karena kondisi
psikologis yang senang dan nyaman bisa mempercepat penyembuhan. Dari sebuah
senyuman dan keramahan, seorang guru bisa membangkitkan semangat murid untuk
belajar, karena dalam suasana hati yang senang biasanya otak seseorang bisa
bekerja sehingga murid bisa belajar dengan relax tanpa adanya tekanan. Intinya,
sebuah senyuman memberikan sejuta manfaat bagi orang yang menerimanya. Inilah
makna dari hadist nabi "Jangan meremehkan perbuatan kebaikan sesuatupun,
walau sekadar menyambut kawan dengan muka yang manis."
Kalau
hanya dengan musik saja orang bisa bersikap lembut dan murah senyum, masa kita
sebagai seorang muslim/muslimah tidak bisa membuat sikap akhlak yang kecil ini
menjadi bagian dari hidup kita sehari-hari?