salah satu
tokoh sufi terbesar, Fariduddin Attar, bercerita; Pada suatu malam, sekelompok
laron berkumpul bersama. Mereka bercerita tentang kerinduan yang menyiksa;
keinginan untuk bergabung dengan cahaya sebuah lilin. Semua berkata, “Kita
harus temukan seekor laron yang dapat menceritakan lilin yang amat kita
dambakan itu.”
Salah seekor laron lalu pergi ke sebuah puri dan melihat seberkas cahaya lilin
di dalamnya. Ia kembali dan bercerita tentang apa yang ia telah lihat. Tapi
seekor laron yang bijak, pemimpin kelompok itu, hanya berkata, “Ia tak punya
berita yang sesungguhnya tentang lilin itu.” Seekor laron yang lain pergi
menuju puri itu dan terbang mendekati cahaya lilin, bergerak ke arahnya, dan
menyentuh sedikit nyala api dengan sayapnya. Setelah itu, ia kembali ke
kelompoknya dan menjelaskan tentang penyatuan dirinya dengan lilin itu. Tapi si
laron bijak lalu berkata lagi, “Penjelasanmu tak lebih berarti dari penjelasan
laron sebelum kamu.”
Laron ketiga bangkit, dan melemparkan dirinya ke arah nyala lilin. Ia mendorong
dirinya ke depan lilin dan mengarahkan sungutnya kepada api. Begitu seluruh
tubuhnya dilalap api, tubuhnya menjadi merah menyala seperti api itu sendiri.
Si laron bijak memandang dari kejauhan dan melihat bahwa lilin itu telah
menerima seekor laron tadi sebagai bagian dari dirinya dan memberikan kepada
laron itu cahayanya. Si laron bijak berkata, “Seekor laron itu telah mengetahui
apa yang ia capai. Sesuatu yang takkan diketahui laron-laron lainnya.”
Attar menutup kisah ini dengan berkata: Sebenarnya, hanya orang yang telah
meninggalkan pengetahuan akan keberadaan dirinya, yang dapat memiliki
pengetahuan akan eksistensi Sang Tercinta. Selama kau masih memperdulikan jiwa
dan ragamu, bagaimana kau mampu mengenal Dia yang kau cinta?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar