Sulit memang kita melepaskan diri dari istilah cinta ini sudah
begitu lekat dihati kita, sudah merasuk ke tulang sum-sum dan mengalir dalam
urat nadi. Namun pernahkah kita merenungi apa itu sebenarnya cinta, konkritkah
ia atau abstrakkah ia ? Cinta. Acapkali ketika kata ini disebut, jiwa
manusia pun bergetar, terbuai oleh perasaan indah nan mulia. Seakan tersiram
oleh keindahan cinta yang berbaur dengan keharuman minyak mewangi. Orang yang
dimabuk cinta seakan tak puas bila tak bermandikan air hujan nan bersih-suci,
disiram oleh tangan kasih sayang, dan ia pun seakan terbang nun jauh di atas sana. Orang
Yunani kuno mengkhayalkan Dewi bernama “Amour” itulah menurut mereka dewi
cinta, dialah yang menaruh rasa cinta dihati manusia dengan lambang hati
berwarna merah muda, kepercayaan seperti ini hanya sekedar dugaan tanpa alasan.
Cinta sebenarnya telah ada dalam setiap diri kita sejak kita lahir, artinya itu
adalah pembawaan manusia. Dialah Allah Yang Maha Mulia memberikan perasaan
cinta kepada kita, Allah tidak pernah membuat Dewi bernama Amour ataupun
Dewa-Dewi yang lainnya, Maha Suci Allah apa yang mereka sekutukan. Cinta
secara umum identik dengan suka atau senang, tapi rasa cinta ini dibarengi
dengan harapan pada yang disukai itu serta ada kekhawatiran kehilangan dia.
Dengan kata lain cinta adalah paduan antara suka, hasrat, dan takut yang
terletak di hati manusia. Cinta, adalah persoalan hakiki manusia. Dengan
cinta, manusia bisa takwa, romantis, dan bisa pula brutal. Karena itulah, cinta
perlu ditata, agar berjalan di jalur Ilahi, yang membuahkan kedamaian di dunia
juga di akhirat. Lalu bagaimana untuk mengelolanya agar membawa kedamaian
? lslam punya resepnya. Cinta pada Allah, pada Rasulullah saw, dan Jihad fi
sabilillah adalah cinta yang menduduki peringkat utama. Bila cinta seperti ini
diterapkan dalam kehidupan keseharian, maka akan membawa manusia pada Islam
yang lebih total. Ia akan memetik hakikat cinta yang sebenarnya. Ia hanya takut
pada Sang Pencipta, Allah SWT. Pangkat, jabatan ataupun wanita takkan mempu
mengusiknya, juga keluarga dan handai
taulan. Berangkat dari perasaan
lembut yang ditanamkan oleh Allah dalam hati dan jiwa seseorang, maka akan
terbentuk perasaan kasih sayang dan cinta dari seorang mukmin terhadap sesama
mukmin; seorang anak terhadap kedua orang tuanya; orang tua terhadap
anak-anaknya; seorang suami terhadap istrinya; seorang istri terhadap suaminya,
cinta seseorang terhadap familinya, kerabatnya, dan teman-temannya. Ia juga
berbuah cinta seorang teman terhadap sahabatnya; atau seorang penduduk pada
tanah airnya. Wallahu’alam bish-shawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar