"Ga
usah" jawaban bersahabat dari seorang kenek bis kota kampus itu terus terang menghadirkan
tanda tanya dalam hatiku "kenapa dia tidak mau menerima ongkos itu
?". Turun di terminal, sobatku yang talkactive itu memulai aksi yang baru,
menghampiri gerobak pedagang air tebu.
Bapak itu
buru-buru menyodorkan segelas air tebu es kepadanya, padahal dia belum meminta.
Rupanya si bapak sudah melihat kedatangannya dari jauh. Bukan hari ini saja,
seakan-akan setiap hari selalu ada orang baik untuknya.
Kemaren, ketika
dia asyik berceloteh dengan teman-teman sewaktu jam istirahat, seorang ibu yang
biasa mengusung dagangannya dari blok ke blok kelas kuliah memanggilnya. Dengan
gembira dia kembali, "nih satu buat kamu" sambil membawa dua bungkus
tahu isi, "dikasih si Ibu" lanjutnya sambil tersenyum kepada si Ibu
yang juga tersenyum dengan bahagia.
Belum lagi,
minggu yang lalu dia sukses memindahkan sepiring sate dosen ke tangannya. Aku
berusaha sekuat tenaga menyibak kekuatan yang dimilikinya. Sobatku itu seorang
yang sederhana, tidak kaya, tidak cantik, tidak terlalu berprestasi. Hanya satu
kelebihannya yang tidak dimiliki orang lain. Ya.. aku mulai menyadari.
Kelebihan itu juga tidak ada padaku.
Dia sangat
hobby menyapa orang lain yang berlanjut dengan obrolan. Anehnya, dia tidak
pernah kehabisan bahan. Dari terminal sampai kampus, sang kenek seakan mendapat
tambahan semangat ketika dia ajak ngobrol. Begitu juga wajah pedagang tebu
ketika dia bertanya tentang keadaan isteri dan anak-anaknya. Aha ! aku juga
baru tahu kenapa si ibu rela memberikan tahu cuma-cuma untuknya.
Karena sifatnya
yang ramah, dia tidak saja punya teman sesama fakultas, tapi juga dari fakultas
lainnya. Merekalah yang "dipaksa"nya untuk membeli dagangan si ibu.
Masih dengan
rasa penasaran, kucoba bertanya kepada kenek bis yang selalu memberi gratisan
kepadanya "ga rugi tuh ?". Sungguh terperanjat aku mendengar jawaban
knek itu "Wah, ga sebanding mba dengan jajan yang selalu diberinya
untukku".
Aku tidak mencoba bertanya lebih jauh kepada
pedagang air tebu, karena aku sudah menemukan jawabannya. Seperti kata seorang
guru "Orang mendapatkan bukan dari apa yang dimintanya tapi dari apa yang
diberikannya." Yah, sobatku melakukannya dengan tulus dan suka cita.
Keramahtamahan dan kemuliaan budinya langsung dibalas Allah lewat kasih sayang
hamba-hamba-Nya yang lain. Semuanya berawal dari sebuah sapaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar